Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Bookmarks

Rabu, 02 November 2011

Pandangan yang Menyesatkan tentang Pendidikan Jasmani

Dalam pengajaran pendidikan jasmani, tidak sedikit guru yang berpegang pada pandangan yang salah tentang beberapa hal yang berkaitan dengan hakikat pembelajaran dalam pendidikan jasmani. Pandangan tersebut niscaya akan mempengaruhi nuansa pengajarannya.

Untuk anda, pahamilah kesalahan-kesalahan pandangan tersebut, agar tidak terjebak pada pelaksanaan pembelajaran penjas yang salah. Pandangan yang menyesatkan tentang program pendidikan jasmani, di antaranya adalah :
1.   Ketrampilan gerak berkembang secara alamiah seJalan dengan kematangan anak.

Pandangan di atas jelas salah jika diterapkan Pada anak-anak usia sekolah, terutama usia SD yang mengharuskan mereka mempelajari berbagai keterarnpilan gerak di masa-masa pertumbuhannya. Pandangan demikian berkembang karena sebagian teori perkembangan motorik menyatakan bahwa beberapa keterampilan dasar berkembang sesuai dengan kematangan anak. Itu benar. Tetapi teori tersebut hanya berlaku benar pada perkembangan gerak refleks (gerak tanpa kesadaran), reaksi, serta gerakan-gerakan kasar (rudimentary movements) seperti gerakan menggapai atau menggenggam yang berlangsung pada anak dari usia bayi hingga usia 2 tahunan
Tidak disangkal bahwa anak-anak dapat belajar melata, merangkak, berjalan dan berlari tanpa bantuan atau campur tangan orang tua. Namun penguasaan dalam keterampilan gerak memerlukan kesempatan, latihan, umpan balik, serta dorongan dari guru atau orang tua yang mengerti tentang hal itu. Walaupun keterampilan seperti berjalan, berlari, atau menangkap sudah bisa dilakukan oleh anak, tidak ada jaminan bahwa keterampilan itu bisa dilakukan sama terampilnya dalam kondisi yang bervariasi.
Karena pandangan inilah guru penjas sering mangabaikan kenyataan bahwa anak-anak sebenarnya perlu diberi kesempatan untuk mempelajari ketrampilan gerak secara khusus.
Karena itu banyak guru yang tidak pernah merasa bersalah jika ia lebih banyak menekankan satu jenis permainan atau ketrampilan yang disukai murid-muridnya secara terus menerus. Bila anak-anak kelihatannya senang bermain kasti, maka guru selalu memberikan pelajaran kasti pada anak-anak. Bila anak-anak kelihatan menyukai SKJ yang diiringi musik, maka setiap pelajaran Penjaskes selalu diisi dengan latihan SKJ. Sama sekali tidak pernah ditelaah kemungkinan kegiatan kegiatan lainnya yang lebih cocok untuk mengembangkan kemampuan secara menyeluruh.
Lebih buruk lagi, banyak guru yang tidak pernah memberikan pelajaran senam hanya karena ia tidak menguasai ketrampilan tersebut. Alasan yang dikemukan biasanya klise, yaitu tidak ada alat untuk melaksanakan program tersebut.
2.      Umumnya anak-anak cukup terampil dalam cabang olahraga yang popular di masyarakat.
Ini merupakan pandangan lain yang salah yang mempengaruhi guruuntuk mengajarkan cabang-cabang olahraga baku seperti sepakbola, bolabasket atau bulutangkis secara langsung kepada anak-anak SD. Disamping karena belum jelasnya perbedaan konsep antar pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga, pandangan ini mengrahkan guru bahwa olahraga yang popular di masyarakat pasti akan disukai dan berguna bagi anak-anak.
Dengan kecenderungan tersebut, guru penjas akan terdorong untuk mengajarkan berbagai cabang olahraga formal tersebut sebagai pelajaran inti yang harus dikuasai anak. Yang terjadi kemudian adalah sosialisasi cabang olahraga, dan anak dipaksa untuk bisa menguasai cabang-cabang olahraga tersebut tanpa pandang bulu. Ha1 ini diperkuat dengan ketetapan kurikulum penjas yang ada sekarang, yang jelas-jelas mencantumkan cabang-­cabarng olahraga tersebut sebagai keterampilan yang harus diajarkan.
Seharusnya guru paham bahwa apa yang seharusrya diajarkan pada anak adalah ketarampilan yang mendasari cabang olahraga. misalnya: dalam atletik nomor lempar, apa yang harus dipelajari anak adalah berbagai macam keterampilan melempar dan menangkap dalam berbagai posisi atau sikap, dengan memakai berbagai alat yang bisa dilempar. Dengan demikian, bukan lempar lembing atau lempar cakram yang menjadi intinya. Dari segi kesiapan, seharusnya guru mengetahui bahwa anak-anak SD belum saatnya untuk mempelajari olahraga itu secara formal.
Jika guru-guru penjas memaksa anak untuk mempelajari olahraga formal tersebut, maka bisa dibayangkan akibatnya. murid-murid akar, banyak mengalami kegagalan dan kesempatan untuk memperkaya pengalaman geraknya akan terbuang. Murid dipaksa untuk mempelajari sesuatu yang belum pantas untuk dipelajari. Kelemahan itu akan berpengaruh sangat besar terhadap penguasaan keterampilannya di masa dewasa kelak.
3.      Mempelajari Ketrampilan Dasar tidak memotivasi anak
Salah kaprah untuk sebagian dijadikan sikap alasan untuk menghindari pentingnya mengajarkan keterampilan dasar anak-­anak. Dengan pandangan ini dikhawatirkan bahwa jika guru banyak menekankan pengembangan keterampilan dasar, pengajarannya akan membosankan anak. Akibatnya anak akan bersikap antipasi terhadap pelajaran pendidikan jasmani.
Dengan anggapan tersebut, banyak guru penjas yang menganggap bahwa pelajaran pendidikan jasmani sebaiknya merupakan kegiatan rekreasi yang terbimbing. Ini jelas pandangan yang keliru.
Rekreasi memang penting dan bersifat mendidik, tetapi yang terpenting dari program pendidikan jasmani adalah suatu keadaan yang terkelola untuk mengubah perilaku anak dalam aspek psikomotor, kognitif, serta afektifnya. Menyamakan kegiatan rekreasi dengan program pendidikan jasmani dapat memperkecil potensi sumbangan penjas untuk pendidikan seutuhnya. Hanya mengarahkan anak-anak agar "tampak sibuk, bahagia, dan berlaku baik" akan merendahkan pentingnya tujuan pendidikan jasmani untuk membentuk manusia seutuhnya.
Pandangan bahwa pembelajaran keterampilan dasar akan rnembosankan bisa dianggap benar, jika guru penjas kurang mempersiapkan proses pembelajaran yang berhubungan dengan pengembangan keterampilan dasar ini. Tetapi, jika perencanaan terhadap pernbelajaran yang satu ini dilakukan dengan baik, dengan memperhatikan tingkat usia, kemampuan, dan tahap perkembangan anak, proses pembelajaran pengembangan keterampilan dasar akan menjadi suatu kegiatan yang menarik, menggairahkan anak, dan terutama sekali sesuai dengan kebutuhan anak-anak.
4.      Perencanaan dalam mengajar pendidikan jasmani tidak penting
Pandangan ini memang seolah-olah sudah dipraktekkan oleh semua guru penjas yang sudah berpengalaman. Buktinya memang kadangkala ada yang mendukung padangan tersebut. Tanpa perencanaan pun, sebuah proses pembelajaran pendidikan jasmani tetap berjalan dengan baik. Itu pandangan mereka.
Kecenderungan untuk menghindari keharusan membuat perencanaan biasanya disebabkan oleh banyak hal. Ada anggapan bahwa pendidikan jasmani bukan pelajaran penting. Memang, jika suatu pekerjaan tidak dianggap penting, kita cenderung untuk melaksanakan pekerjaar itu seadanya. Buat apa mengerahkan waktu dan energi membuat perencanaan, jika hasil dari perencanaan itu tidak ada yang menghargai. Begitulah jalan pikiran para pelaksanaannya.
Keharusan untuk membuat perencanaan pengajaran, tampaknya juga menjadi suatu kendala bagi guru-guru penjas. Untuk itu diperlukan waktu yang lebih banyak, lebih menyulitkan guru, serta tidak sesuai dengan semangat kerja. Kita memilih bekerja seadanya dan tidak ingin menyulitkan diri.
Himbauan agar guru bersifat professional tampaknya belum bias menjadi dorongan yang kuat bagi kebanyakan guru-guru di Indonesia untuk mempersiapkan dan melaksanakan tugas mengajar dan mendidiknya secara sungguh-sungguh. Apalagi jika imbalan gaji yang belum sesuai selalu dipakai sebagai alasan untuk bekerja lebih produktif.
Namun demikian, semua itu adalah pandangan yang salah. Mengajar dan mendidik, seperti dalam pelaiaran pendidikan jasmani, adalah tugas dan pekerjaan yang sangat memerlukan keahlian. Percayalah, program pembelajaran pendidikan jasmani yang direncanakan dengan baik akan menunjukkan hasil yang lebih baik daripada pelajaran yang tidak direncanakan sama sekali. Karena itu kebiasaan mengajar pendidikan jasmani yang tidak dipersiapkan dengan baik harus segera ditinggalkan.

Sumber : Modul karangan Drs. Soewondo MS, M. ,Si

1 komentar:

Eka Chandra Satria,S.Pd.Gr.,M.Pd. mengatakan...

assalamualaikum, maaf saya bisa mengetahui profil lengkap anda pak? saya minta ijin untuk mengutip tulisan anda di atas.

Posting Komentar